Saat saya duduk di parkiran kampus dengan teman-teman saya,
tiba-tiba salah satu dari teman saya berkata “Ih, anak itu kok penampilannya gak
karuan dan gak rapi gitu sih. Udah rambut gondrong jarang masuk kuliah. Pasti
anaknya nakal dan gak bisa diatur”. Lalu teman saya yang lain berkata lagi,
“woow, kalau yang ini baru cowok idaman, pakaian rapi rambut juga gak gondrong,
cakep pula. Gak mungkinlah orang seperti dia ini nakal dan suka
nongkrong-nongkrong gak jelas di pinggir jalan, wong orangnya kalem gitu
kelihatannya, hehe”. Namun saya yang mendengar perkataan teman-teman saya tadi
cuma tersenyum dan berpikir “masak iya sih ?”.
Percakapan-percakapan diatas merupakan salah satu bentuk prasangka.
Prasangka yang muncul yakni berdasarkan penampilan seseorang yang dilihat. Tanpa
kita sadari ternyata dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menilai orang
lain dari sisi penampilannya saja. Misalnya saat melihat seseorang dengan penampilan yang tidak
rapi atau bisa dikatakan acak-acakan pasti kita akan memberi penilaian negatif
atau buruk terhadap orang tersebut. Ada orang yang menganggap bahwa seseorang
yang penampilannya tidak rapi atau acak-acakan memiliki kepribadian yang buruk
dan menakutkan. Misalnya : kita menganggap orang tersebut nakal, suka minum
atau mabuk-mabukan, anarkis dan lain sebagainya. Kebanyakan dari kita menilai
dan memandang seseorang berdasarkan kelompok-kelompok tertentu. Nah, mengapa prasangka
seperti ini dapat terjadi ? Salah satu faktornya yakni karena kurangnya
pemahaman dan kurangnya pengenalan diantara kedua kelompok tersebut sehingga
menyebabkan kesalahpahaman yang berujung pada
penilaian-penilaian yang belum tentu kebenarannya.
Dalam psikologi sosial, ada beberapa teori pendukung mengenai
prasangka ini. Teori-teori tersebut antara lain : pertama, teori mengenai belajar sosial yakni menganggap antagonisme adalah sesuatu yang dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari sikap dan nilai. Kedua, Pendekatan Psikodinamika yakni menganalisis prasangka sebagai sesuatu yang muncul dari dinamika personalitas individu. Ketiga, teori mengenai motivasi, yangmana menurut teori ini prasangka berasal dari persaingan antarkelompok. Teori keempat yakni tentang teori kognitif menurut teori ini bias kognitif yang sistematis umumnya mengiringi persepsi tentang orang lain karena kita perlu menyederhanakan dunia yangg kompleks. Dari teori-teori yang mendukung tentang prasangka diatas
sudah jelas bahwa prasangka ini dapat terjadi apabila memiliki 3 elemen yang
saling terkait yakni elemen kognitif yang berupa keyakinan tentang
karakteristik khas kelompok (stereotip), elemen afektif yang mengacu pada perasaan
negatif terhadap suatu kelompok (prejudice), dan elemen ketiga yakni elemen
behavioral yaitu merujuk pada perilaku yang merugikan individu karena individu
merupakan anggota dalam kelompok tertentu (diskriminasi).
Kenapa sih tema mengenai prasangka ini penting untuk dikaji ?
alasan utama karena masih ada orang-orang yang beranggapan dan memberi
penilaian melalui penampilannya. Padahal prasangka tersebut tidak selalu benar,
karena kualitas kepribadian seseorang tidak dapat diukur melalui penampilannya
saja. Namun, saat ini di kalangan masyarakat khususnya mahasiswa yang mulai
memiliki pemikiran terbuka mereka dapat menerima dan memahami kelompok-kelompok
maupun individu-individu yang diberi penilaian negatif tersebut. Oleh karena
itu, tema mengenai prasangka ini perlu untuk dikaji lebih jelas lagi.