Terkait dengan dakwah, saya pernah belajar
dari seorang kyai sederhana di pedesaan. Kyai ini selalu mengatakan bahwa
dakwah tidak boleh dilakukan dengan cara memaksa, menakut nakuti, dan apalagi
mengancam. Dakwah harus dilakukan dengan sabar, lembut dan penuh bijaksana.
Dia mengumpamakan bahwa berakwah itu bagaikan
mengisi air dalam gelas. Sebelum air dituangkan, maka tutup gelas itu harus
dibuka terlebih dahulu. Menuangkan air pada gelas yang masih dalam keadaan
tertutup, maka tidak akan mungkin bisa masuk. Artinya, menyampaikan sesuatu
pada seseorang, maka hatinya harus dibuka terlebih dahulu. Membuka hati dilakukan
dengan cara menggembirakannya.
Contoh sederhana lagi, bahwa berdakwah
bagaikan menyuapi anak kecil. Makanan, kata kyai tersebut, sebenarnya adalah
kebutuhan bagi semua orang, termasuk bagi anak kecil. Namun anak kecil yang belum
bisa makan sendiri harus disuapi.
Menyuapi mereka juga tidak mudah. Maka
seringkali seorang ibu harus sabar, menyuapi anaknya sambil diajak main-main
dan bahkan digendong atau diayun-ayunkan.
Anak kecil tidak bisa diajak makan di meja
makan, sekalipun sekali-sekali perlu sebagai cara pembelajaran. Berdakwah juga
seharusnya dilakukan seperti itu. Mereka harus digembirakan dengan cara-cara
yang tepat. Orang yang merasa gembira dan bahkan mencintai, maka akan mudah
diberikan pengertian atau diajak pada kebaikan.
Umumnya orang akan dekat pada apa saja yang
disukai dan begitu pula sebaliknya, justru menjauh dari apa yang tidak disukai
dan, apalagi menakutkan.
0 komentar:
Posting Komentar